Pages

Friday, December 9, 2011

Bukan Pengemis

Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, "Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya!"

"Tidak Dik, saya mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak.

Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.

Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, "Tidak Dik, saya sudah kenyang."

Sambil terus mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om."

Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali. Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue. "Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya."

Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran.

Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia langsung menegur, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis itu?"

"Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu."

Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira.

Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu."

Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami."

Wednesday, December 7, 2011

Anggota DPR Masuk Surga

Alkisah seorang pemuda desa bernama Udin masuk surga dengan amal ibadah yang pas-pasan. Untunglah
dosanya sedikit, jadi dia tidak perlu dihangatkan dulu di neraka.
... Suatu hari ketika berjalan-jalan di tepi sungai di surga, ia terkejut
melihat seorang anggota DPR yang wajahnya sering ia lihat di tv,
koran dan majalah karena tersangkut kasus korupsi.
“Hm, kog dia bisa masuk surga ya? Apa mungkin dia hanya dizalimi,
dituduh korupsi ya?” batin Udin.
Karena penasaran, Udin bertanya pada pos malaikat terdekat.
“Oh, orang itu? Dia emang wakil rakyat negeri kalian yang korup,”
kata si malaikat.
“Kog bisa masuk surga? Apa korupsi itu halal?” tanya Udin
penasaran.
“Dia lagi studi banding aja kog. Besok juga udah balik lagi ke neraka.”

Thursday, December 1, 2011

'Tawuran' Aparat vs Pekerja Batam November 2011

Unprofessional behaviour, setidaknya kata-kata itu cukup mewakili tindakan represif (cenderung anarkis) yang dilakukan polisi dalam menangani aksi massa di Batam pada akhir November 2011 dalam rangka menuntut kenaikan UMK. Terhitung sejak Rabu 23 November 2011 para demonstran yang merupakan pekerja di berbagai bidang industri menggelar aksi di depan kantor Pemko Batam, Batam Centre.
Aksi pada hari ke dua pada Kamis 24 November 2011 adalah aksi yang mendapat sorotan berbagai media dan elemen masyarakat karena aksi pada hari itu diakhiri dengan kerusuhan massa dengan efek yang begitu besar. Aksi hari ke dua juga lah yang seolah-olah menjadi titik puncak ketidakpuasan para pekerja untuk kemudian menggelar aksi yang lebih besar pada hari ke tiga. Beberapa sumber mengatakan bahwa kerusuhan pada hari ke dua sebenarnya dipicu aksi oknum aparat keamanan (Polisi dan Satpol PP) yang dengan sengaja merobohkan dan merusak barisan kendaraan demonstran yang terparkir. Spontan tindakan tersebut memancing kemarahan massa yang kemudian mulai melempari aparat dengan batu. Aksi saling melempar pun tak dapat dihindari dan massa semakin tidak terkontrol.
Aksi pada hari ke dua mayoritas diikuti oleh pekerja industri galangan kapal yang turun lengkap dengan overall mereka seperti: wearpack dan safety shoes/ boots. Celakanya kostum inilah yang kemudian dijadikan patokan aparat di area sekitar Pemko Batam dan area strategis lainnya untuk menghalau massa. Dengan kata lain, orang dengan overall yang melintasi area yang memiliki akses langsung ke Pemko akan dihalau polisi.
Kota Batam memang belum seperti Jakarta, Surakarta, Surabaya, Jogjakarta atau pun kota-kota lain yang memiliki pengalaman panjang dalam menggelar aksi massa. Terlebih lagi aparat keamanan Kota Batam dalam hal penanganan aksi terlihat sangat tidak berpengalaman dan justru (bagi sebagian warga, terutama sekitar Kantor Pemko) terkesan menjadi pihak lawan dari massa pendemo. Alhasil bagi penulis melihat kerusuhan Batam pada 24 November 2011 tak ubahnya melihat tawuran ala anak sekolah. Buntut dari kerusuhan itu pun dapat kita tebak: aparat melakukan sweeping terhadap siapa saja yang melintas mengenakan wearpack, massa melakukan sweeping balasan terhadap segala bentuk fasilitas plat merah.
Aksi unprofessional behaviour aparat terbrutal (bahkan cenderung vandal) adalah yang terjadi di area Simpang Jam. Aparat menghajar sekelompok pekerja yang hendak pulang dengan dasar para pekerja tersebut mengenakan overall. Akibat kebrutalan itu, korban bernama Joni harus menerima 36 jahitan di kepala, tiga jari tangan kanannya patah dan luka-luka memar di kedua kakinya. Tindakan ini spontan memicu reaksi keras para pekerja, aktivis, bahkan perusahaan tempat korban bekerja.
Beberapa gambar yang sempat diambil dapat dilihat di sini dan di sini.


dari berbagai sumber

Tuesday, November 1, 2011

Demi Tercapainya KHL

Aksi demonstrasi buruh menolak penetapan upah minimum 2011 terjadi hampir di seluruh daerah, termasuk juga di Jakarta. Maklum, kehidupan para buruh memang tergantung pada kebijakan pemerintah daerah dalam penetapan upah minimum itu.

Di Jakarta, Gubernur Fauzi Bowo lewat Peraturan Gubernur Nomor 196 Tahun 2010 telah menetapkan upah minimum sebesar Rp1,29 juta. Lebih seratus ribu rupiah dari upah minimum sebelumnya, Rp1,18 juta.

Bagi buruh, kenaikan upah sekitar 15 persen itu tak berarti apa-apa. Ditambah lagi dengan fakta bahwa Fauzi Bowo ternyata tak menetapkan upah berdasarkan survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang dibuat Dewan Pengupahan Jakarta sebesar Rp1.401.829.

Sekadar mengingatkan, seyogianya Gubernur mendapat rekomendasi dari Dewan Pengupahan sebelum menetapkan upah minimum. Rekomendasi yang disampaikan Dewan Pengupahan dihasilkan dari survei besaran KHL di pasaran. Apa saja yang termasuk dalam komponen KHL diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 17 Tahun 2005.

Dalam Peraturan Menteri itu, setidaknya ada 46 komponen KHL yang harus terpenuhi bagi pekerja lajang yang baru bekerja. Mulai dari beras, daging, ikan, telur ayam, pakaian, sendal jepit, sewa kamar, hingga pembalut atau alat cukur.

“Upah minimum hanya untuk bertahan hidup. Bukan mengembangkan hidup,” celetuk Darius dari Forum Buruh Jakarta dalam konferensi pers, di Jakarta, Rabu (1/12).

Aktivis Forum Buruh Jakarta lainnya, Ilhamsyah menyesalkan sikap Gubernur yak tak menetapkan upah minimum sesuai KHL. Padahal, lanjutnya KHL adalah standar minimal kehidupan buruh. Ia menghitung, untuk sewa kamar di Jakarta sebulan saja, seorang buruh harus merogoh kocek setidaknya Rp400 ribu. Belum lagi kebutuhan transportasi dan makan sehari-hari. “Jelas upah minimum sebesar Rp1,2 juta tidak akan cukup.”

Karena itu, Forum Buruh Jakarta menuntut Gubernur untuk menetapkan upah minimum sesuai KHL, yaitu Rp1,4 juta. “Upah minimum sesuai KHL adalah harga mati!” teriak Halili, aktivis Forum Buruh Jakarta lainnya.

Jika permintaan penyesuaian upah tidak dipenuhi, Forum mengaku akan menggelar mogok kerja besar-besaran dengan menutup Kawasan Berikat Nusantara Cakung-Cilincing selama dua hari. “Pada tanggal 2-3 Desember kami siap mogok kerja besar-besaran. Kami juga akan menutup pelabuhan Tanjung Priok, bahkan tak tertutup kemungkinan juga kami akan menutup bandara Sukarno-Hatta.”

Ade Mulyadi, aktivis Forum lainnya bahkan membandingkan upah minimum Jakarta dengan daerah penyangganya seperti Tangerang. “Di Tangerang saja upah minimumnya Rp1,31 juta. Kenapa Jakarta yang merupakan pusat perputaran ekonomi bangsa ini menetapkan upah yang lebih sedikit.”

Revisi Peraturan Menteri

Ilhamsyah mengakui aksi menuntut upah layak ibarat tradisi tahunan para buruh. Hal ini karena upah yang ditetapkan pemerintah tiap tahun hampir selalu tak sesuai KHL. “Ujungnya selalu tercipta ketidakpuasan ketika upah minimum ditetapkan.”

Namun demikian, Ilhamsyah berpendapat akar masalah dari berulangnya ketidakpuasan buruh terhadap upah minimum berasal dari Peraturan Menteri tentang KHL dan politik pengupahan murah yang dianut pemerintah.

Untuk Peraturan Menteri misalnya, Ilhamsyah mengkritik KHL yang diatur dalam Peraturan itu tak bisa mengakomodir kebutuhan riil seorang buruh. “Peraturan Menteri itu belum mencakup kebutuhan layak sehari-hari seperti pendidikan, komunikasi dan lain-lain. Ke depan Peraturan Menteri ini harus direvisi dengan memasukkan komponen yang layak.”

Soal politik pengupahan, Ilhamsyah menyebutkan otonomi daerah tak selamanya berdampak positif terhadap gerakan buruh. Sebab, antara satu daerah dengan daerah lain menetapkan upah minimum berbeda. “Pemerintah daerah selalu berlindung di balik dalih perbedaan biaya hidup. Padahal, masing-masing pemerintah daerah berlomba-lomba menurunkan upah minimum agar investasi bisa masuk besar-besaran.”

Ke depan Ilhamsyah berharap pemerintah dapat menetapkan upah layak secara seragam yang berlaku di seluruh daerah. “Kalau pemerintah bisa menetapkan gaji yang seragam untuk PNS, TNI dan Polri, kenapa untuk buruh tidak bisa?” tutupnya.


sumber: hukumonline.com

Regulasi Standar Minimal Ketenagakerjaan

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sudah menerbitkan ketentuan mengenai Standar Minimal Pelayanan (SPM) Bidang Ketenagakerjaan. SPM adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar bidang ketenagakerjaan yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.15/Men/X/2010 menyebutkan SPM meliput jenis pelayanan dasar, indikator SPM, nilai SPM, batas waktu pencapaian, serta satuan kerja/penanggung jawab. SPM menjadi salah satu acuan bagi pemerintah daerah (Pemda) untuk menyusun perencanaan dan penanggaran penyelenggaraan pemerintahan. Yang menjadi penanggung jawab terhadap SPM adalah kepala daerah, tetapi operasional dikoordinasikan oleh dinas/instansi ketenagakerjaan. Gubernur bertugas menyusun dan menyampaikan laporan tahunan kinerja SPM kepada Menakertrans. Demikian pula halnya Bupati/Walikota, menyampaikan laporan lewat perantaranaan Gubernur.

Daerah yang tak melaksanakan SPM terancam sanksi. Namun bentuk sanksinya tak dijelaskan secara detail. Pasal 6 ayat (4) Peraturan Menteri hanya menyebut sesuai peraturan perundang-undangan.


sumber: hukumonline.com

PSHK Luncurkan Klip Undang-Undang

Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) kembali meluncurkan episode terbaru LAWmotion berjudul “Tentang Undang-undang”. Episode #7, sesuai judulnya, mengangkat tema proses pembentukan peraturan perundang-undangan (legislasi). Berbeda dengan episode-episode sebelumnya, LAWmotion kali ini menggunakan format video klip musik.

Sebagaimana diketahui, LAWmotion adalah upaya kreatif menyebarkan gagasan hukum dalam bentuk animasi agar menjadi lebih mudah dipahami oleh kalangan yang lebih luas. PSHK mengaku terinspirasi oleh berbagai presentasi Graphic Recorder yang telah ada sebelumnya. LAWmotiondibuat PHSK dengan tujuan agar hukum menjadi dekat dengan masyarakat sehingga makin banyak orang bisa terlibat secara kritis dalam pembuatan maupun pelaksanaannya.

“Untuk LAWmotion episode ini, kami membuatnya dalam format video musik. Untuk musik dan liriknya, kami bekerja sama dengan grup musik Max D’Rabbit yang berhasil menuangkan proses legislasi yang dianggap rumit melalui lagu yang mudah untuk didendangkan bersama-sama. Kami berharap video musik ini bisa juga menjadi alat bantu dalam proses pendidikan hukum, termasuk untuk anak-anak,” papar Produser LAWmotion, Amalia Puri Handayani, dalam siaran pers.

Ditambahkan Amalia, lagu “Tentang Undang-Undang” ini menjelaskan gambaran umum tentang terbentuknya suatu peraturan. Melalui lagu ini, lanjutnya, PSHK ingin mendorong keterlibatan masyarakat dalam proses legislasi.

“Kami berharap upaya sederhana ini bisa disambut dengan baik oleh berbagai kalangan dan berhasil mewujudkan banyak kolaborasi serta inovasi baru untuk perubahan,” pungkas Amalia.

Untuk menyaksikan LAWmotion #7 video musik lagu “Tentang Undang-Undang”, silakan buka linkhttp://bit.ly/rAe9Dw.


sumber: hukumonline.com

Thursday, October 13, 2011

Smells Like Bleach A Punk Tribute To Nirvana

Kurt Cobain, a name that will always stick to Nirvana or just the opposite. They’ve made such an enormous influence in the world of music, especially alternative music. Even several bands have unreservedly made Nirvana and Kurt Cobain as their main question on player recruitment. While the same thing goes for Metallica we can also say that Nirvana and Kurt Cobain are as big as Metallica.

“Smells Like Bleach a punk tribute to Nirvana” is just one of the proof that Nirvana still being the idol and influence for many bands. This album title is token from Nirvana’s hits and album (Smell Like Teen Spirit and Bleach). Released in the year of 2000 this album features the following bands:

1. The Vibrator – Come As You Are

2. Blanks 77 – Smells Like Teen Spirit

3. UK Subs – Stay Away

4. Agent Orange – On A Plain

5. Total Chaos – Breed

6. Dee Dee Ramone – Negative Creep

7. Vice Squad – Lithium

8. Burning Brides – Something In The Way

9. Flipper – Scentless Apprentice

10. DOA – All Apologies

11. Dr. Know – Aneurysm

12. I.C.U – Dive

Download and enjoy the punk version of Nirvana here.

Tuesday, October 11, 2011

Looking for Djakun Trip

One of our travels (probably would be the most memorable for us) is the one that we did in a very short time to travel across Jogjakarta – Surabaya – Surakarta in only 26 hours. Each trip in this travel has its own purpose. The first one was Jogjakarta – Surabaya by train, departured from Tugu Train Station on Wednesday, August 31st 2011 at 4.30 in the afternoon. Based on the schedule it would take 5 – 6 hours to get to Surabaya (around 10 in the evening). My mother had arranged this roundtrip for 3 persons (my mom, my wife and me). Fortunately train traffic wasn’t as bad as bus and we’re already in my aunt’s house by 10. Its mission is introducing my wife to my aunt who couldn’t come to our marriage (on June 12th 2011) and she couldn’t manage to come to Jogjakarta as she used to do in Idul Fitri. Unfortunately we only had a few hours to stay since our trip Surabaya – Jogjakarta was 7.30 in the next morning.

Mission accomplished anyway, suddenly my wife's nick name changed to Uut since it was the same with my aunt’s nickname, Tari. What a name?

The next trip would be different for 3 of us. Surabaya – Jogjakarta for my mom and Surabaya – Surakarta for my wife and me. We decided to do this trip because this we thought it might be the best opportunity to visit our beloved pet ‘Djakun’ which we adopted by the end of 2009 and we abandoned by the beginning of 2010. We left him for a single reason, working – life living. Surakarta is a city in Central Java (approximately 60 km east of Jogjakarta). Two of our friends who stay there have been taking care of him since we left. My wife (who was still my girlfriend) was taking care of him until end of 2009 and I continued it until March 2010. Djakun was still unable to open his eyes when we adopted from the street.

We got off in Balapan Train Station, Surakarta at 12.30 mid-day where our friends had been waiting for us and took us to Noor Arif’s house. He said Djakun is fine has and a great place to play around Arif’s house. We’ve known that Arif’s family is a cat lover family. Even Arif told us once they had a cat but died due to poisoned, what an old story.

As we arrived in Arif’s house we immediate our waiting for Djakun’s presence. Arif said Djakun usually sticks around the yard in front of his house which full of sugarcane. Minutes to minutes passed until I saw a living black rumpled dusty creature walked off the sugarcane field. It’s an adult male cat about 1 year old I thought it was Djakun then I started to run after him. Things I remember about Djakun but his color were his long bended tail and his people’s feet biting habit. And it was him. I grabbed and carried him to my wife who was sitting on a bamboo bench nearby. She took and starred at him then said “you’re totally Djakun! One that I’ve been looking for till I got this far.”

Djakun still looked the same at a glance, black-dark grey fur, obstinate face, long bended tail and people’s feet biting habit. Different thing was his scars, he’s got many scars which probably he got from numerous fights (even though we actually thought he had been a local thug). Then Arif told us his brand new habit, drink straight from the tap. When the tap is closed, he’ll ask people around to open it. He usually does it after meal. We were pretty curious till I captured it myself.

Happy to see Djakun again but sad to abandon, that’s the way we feel. I was only wondering this creature had become this tough one. But we’re sure he’s alright.

Back to Kampong 2011

A journey consists of several travels which each travel contains many trips. That would be our pattern in this journey back to kampong in the end of Ramadhan 1432 H (August 2011) Batam – Singapore – Jakarta – Jogjakarta.

Before this journey began we’ve checked day by day updating the latest price of Batam – Jogjakarta plane tickets administrated by Indonesian commercial airways. It’s been a while since we traveled Batam – Jogjakarta via Jakarta last February. We’re quite shocked by those pricelists which became higher and higher each day. Until the time we found a new alternative when we realize we stay in an Indonesian transit city, Batam. We decided we will travel via Batam – Singapore (ferry); Singapore – Jakarta (airplane); Jakarta – Jogjakarta (airplane or train).

Next step would be surely: Comparison. Let’s check!

Batam – Jogjakarta (the cheapest Indonesian commercial airways) : Rp. 1.977.000,-

2 commuters equals : Rp. 7.908.000,-

That’s just for the journey. So how much should we save for this journey? Should we have another fasting month after Idul Fitri to save cash? If that’s the only price available to meet our parents in kampong, we’d rather managing some other time than pushing ourselves to have it now. That’s why we calculate the following alternative (with SGD rate assumption was Rp. 7100,-)

Batam – Singapore (ferry roundtrip price) : 22 SGD : Rp. 156.200,-

Harbor Front – Changi Airport (taxi) : 17 SGD : Rp. 120.700,-

Singapore – Jakarta (Indonesian commercial airways) : Rp. 550.000,-

Soekarno Hatta – Gambir (bus, only if we chose train for next one) : Rp. 20.000,-

Jakarta – Jogjakarta (train) : Rp. 550.000,-

Jogjakarta – Singapore (Singaporean commercial airways) : Rp. 980.000,-

Total for 2 persons : Rp. 4.753.800,-

It’s still cheaper than Batam – Jogjakarta by a single trip isn’t it? Let’s try another alternative!

Batam – Singapore (ferry roundtrip price) : 22 SGD : Rp. 156.200,-

Harbor Front – Changi Airport (taxi) : 17 SGD : Rp. 120.700,-

Singapore – Jakarta (Indonesian commercial airways) : Rp. 550.000,-

Jakarta – Jogjakarta (Singaporean commercial airways) : Rp. 178.000,-

Jogjakarta – Singapore (Singaporean commercial airways) : Rp. 980.000,-

Changi Airport – Harbor Front (taxi) : 17 SGD : Rp. 120.700,-

Total for 2 persons : Rp. 4.090.500,-

I believe this is a more acceptable price for us, less than 4 million rupiahs for going back to kampong would be a great deal.

Monday, September 12, 2011

Turnamen Voli Pantai 2011, Pantai Turi, Batam

event bertaraf internasional, peserta dlm event ini berasal dari berbagai negara mulai dari Indonesia, Thailand, Australia hingga Khazakstan-
event bertajuk Turi Beach International Volley Beach yang diselenggarakan di Pantai Turi, Batam ini berlangsung selama 3 hari-
selama tanggal itulah Pantai Turi begitu ramai dikunjungi pencinta voli dan penikmat suasana pantai-
saya tak mau ketinggalan untuk menyaksikan dan mengabadikan foto (yang tentu saja tetap terkesan usil) selama event tersebut-
sebagai juara putra adalah tim dari Australia (all Australian final) sedangkan juara putri adalah tim Thailand yang mengalahkan Khazakstan di final-
beberapa foto jepretan saya di sini-
dan hasil jepretan yang termasuk dalam kategori usil dapat anda lihat di sini dan di sini-

Friday, August 19, 2011

Asian Jazz Festival, Batam 2010

sebuah kampanye yang mengusung misi universalisasi taman nasional komodo dalam kemasan festival jazz tingkat asia-
bagi pencinta jazz (termasuk saya) acara semacam ini tentu sangat layak (bahkan cenderung wajib) ditonton- bagaimana tidak, musisi sekelas Dwiki Dharmawan beserta personil Krakatau lengkap dengan alat musik tradisional (gamelan) tampil di Batam yang notabene jarang menghelat konser musik outdoor-
terlebih lagi acara ini gratis (atau mungkin itulah daya tarik utamanya)-
syahrani dan toninho horta juga menjadi jaminan nilai acara ini-
pada acara tersebut kami diingatkan berkali-kali untuk ikut vote taman nasional komodo menjadi keajaiban dunia melalui situs tertentu, di tempat itu pun juga disediakan 2 unit komputer lengkap dengan koneksi internetnya untuk memfasilitasi voter-
dan seperti biasa, saya tak pernah absen duduk di barisan terdepan dan memotret aksi para performer-
anda dapat melihat hasil jepretan saya di sini-

Wednesday, August 17, 2011

Minggu Wagen - Padepokan Bagong, Bantul

hari itu bukan hari sibuk, jd saya iyakan saja ajakan seorang teman untuk menyaksikan pagelaran tari minggu wage (pagelaran tari rutin di padepokan bagong - bantul, yogyakarta)
bertajuk pagelaran tari kontemporer langsung menciptakan visualisasi praktis di kepala saya berupa sebuah pertunjukan tari modern, dengan kemasan dan gaya modern dst dsb-
beruntung saya dtg tepat waktu shg msh kebagian posisi yg pas untuk mengambil gambar-
segera setelah dimulai, kami pun langsung disuguhi komposisi gerakan yg begitu asing dengan kostum yg sangat kasual-
celana panjang longgar layaknya atlit bela diri dipadu dengan kaos oblong dan kaos kutang membuat saya merasa sedang menyaksikan proses latihan mereka, tapi tata lampu, tata panggung dan musik latar yg begitu ciamik membuat saya tak mau rugi melewatkan sedikit pun momen di panggung-
ratusan frame saya kemas selama pertunjukan itu dan anda pun dapat ikut menikmatinya di sini-

Tuesday, August 16, 2011

Mbah Kobro vs Slamet

dari berbagai lelucon (dagelan) radio yang begitu variatif, dengan penuh kesadaran saya memilih yang satu ini sebagai dagelan radio paling menghibur-
sedot di sini lah.. mbah Kobro vs Slamet

kalau masih kurang, ambil yang ini juga.

Ketika Kita Dijajah (lagi)

kemudian pd kesempatan yg lain aku diperkenalkan dg kejanggalan yg bagiku bnr2 diluar jangkauan nalarku-
aku dibesarkan di lingkungan yg selalu menghendaki kesempurnaan dan presisi tingkat tinggi sekaligus dituntut untuk bs mencapainya dg memaksimalkan segala alat dan bahan yg ada-
masa kecil kami selalu dipenuhi dengan inovasi dan inisiasi demi suatu kreasi yg pantas dipamerkan-
aku sendiri msh tergelitik dg betapa byknya alternatif kelicikan anak SD yg aku ciptakan untuk sekedar 'menhindari' guru tertentu-
aku jg msh ingat bagaimana bapakku sendiri yg melihat sambil geleng2 kepala ketika mendapati aku sedang 'memproduksi' dan 'memasarkan' mainan dr kertas-
tp itulah childhood, something that has to be exist and irreplaceable-
kemarin aku dengar cerita tentang bagaimana suatu produk dpt menguasai satu lingkungan shg ketika ada salah satu elemen di lingkungan itu blm/tdk dikuasai produk tsb, maka dia akan tersingkir dg sendirinya-
wow!! luar biasa
aku suplai celana utk karyawan perusahaan tertentu yg hrs dipakai semua org didlmnya, setiap hari- siapa pun yg tdk memakainya dipecat ato minim dikucilkan
demokratis sekali bukan?!
pfuuhh
dr realita semacam itu, sgt jelas siapa yg diuntungkan dan siapa yg paling diuntungkan
orang akan dg bangga memasang logo celanaku di kantor mereka, bahkan nanti kantor2 lain akan berbondong2 mengikuti tren itu (secara latah) tanpa perlu aku minta
hello?!? do you people realize how dumb you are!?! hahhaaaha
let's get over it
ada kutipan yg pas untuk 'memaksa' kita berkaca dan mengaku-
dari film The Departed, Francise mengatakan dg jelas: I don't wanna be the product of this environment- I want this environment to be the product of me
pilihlah peranmu dan jadilah korban atau orang yg paling diuntungkan
selamat berkaca-

Friday, August 5, 2011

Penta Begajul

(dari trio, penta, quatro, sampai akhirnya kembali ke penta)

Pagi itu (kisaran awal Bulan Februari) kami berkendara menyusuri jalan tepian komplek ruko sekitar Nagoya, Batam. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara anak kucing. Pandangan kami pun terhenti pada 2 ekor anak kucing dalam kardus di tepi jalan tepat di samping lokasi pembangunan ruko baru.

Entah kami atau 2 ekor kucing itu yang beruntung tapi spontan saja kami mengambil kardus itu dan bergegas kembali ke kantor yang tak jauh dari sana. Warna mereka dominan putih dan masih berumur sekitar 1 bulan. Kami kemudian berpikir bahwa mereka bersaudara dan sengaja dibiarkan selesai disusui induknya sebelum akhirnya dibuang.

Si ekor panjang jelas memiliki 2 warna sedangkan si ekor pendek 3 warna. Seperti umumnya ketika kami memungut kucing dari jalan, kami pun memberi mereka nama, Tejo (2 warna) dan Surti (3 warna) dengan asumsi bahwa si belang 3 adalah betina. Tak berselang lama, siang itu salah satu staf di kantor menemukan lagi 1 ekor kucing dengan ukuran dan usia sebaya Surti dan Tejo namun berwarna dominan kuning dan akhirnya kami beri nama Bejo. Kami pun kembali pada kebiasaan lama, sedia pasir dalam bak plastik dan siapkan beberapa piring kecil untuk keperluan sehari-hari mereka. Kami kemudian membiasakan diri dengan 3 ekor kucing (kemudian kami sebut trio begajul karena tingkah begajulan mereka).

Sekitar 3 hari berikutnya, muncul lah ide untuk membiasakan trio begajul buang air di kamar mandi layaknya manusia. Alasan kami sangat realistis, tempat tinggal mereka adalah kantor kami, dengan kata lain minimal ada 8 jam sibuk pada setiap hari kerja dimana customer kami pasti datang dan pergi.

Ide tersebut kami mulai dengan merampas kemerdekaan mereka, kami mengurung mereka di kamar mandi lantai 1 (satu-satunya kamar mandi dengan closet jongkok). Dengan menambah fasilitas (tempat tidur, makanan kering dan minuman secukupnya) masa pengurungan pun dimulai. Selama 3 hari penuh mereka hanya keluar kamar mandi ketika kami beri makan dan waktu bermain (setengah jam sebelum dan setengah jam sesudah makan). Tepat pada hari ke-4 kami mulai menambah waktu bermain mereka, kemudian pada hari ke-5 kami mulai membiarkan mereka berkeliaran di lantai 1 pada saat kantor tutup sampai pagi saat jam kerja mulai.

Pada hari ke-7 kami mulai mengecek posisi buang air favorit mereka di dalam kamar mandi. Hasilnya tak ada satu pun yang buang air di closet, atau dengan kata lain sampai pada hari itu kami ‘dipaksa’ rajin memeriksa (dan menyiram) kotoran mereka.

Tepat pada hari ke-8 kami membebaskan sekaligus menguji mereka. Tidak ada lagi pengurungan dan mereka pun bebas bermain di lantai berapa saja. Hasil hari pertama pembebasan berlangsung lancar dan memuaskan, dimana pun mereka bermain trio begajul selalu buang air di kamar mandi lantai 1.

Beberapa hari kemudian ketika kami membersihkan kamar mandi, kami mendapati kotoran kucing di closet jongkok. Kemajuan ini kemudian membuat kami penasaran dan setia menunggu ‘aktor intelektual’ menyambangi kamar mandi lantai 1. Hari itu Surti lah yang mendapat applause pertama, diikuti Bejo dan terakhir Tejo.

Pada malam harinya ketika menutup pintu ruko, kami didatangi ‘tamu’, 2 ekor anak kucing dengan ukuran dan umur lebih kecil dibanding Trio Begajul ketika ditemukan. Kami langsung mempersilakan mereka berdua masuk. Keduanya jantan, satu dominan putih dengan bisul besar, matang dan siap pecah di jidat, satu lagi hitam polos sampai bola matanya pun hitam. Kami sepakat memberi nama mBendhol (bisulan) dan Jlitheng (hitam). Malam itu juga kami biarkan mereka berkenalan dengan Trio Begajul di lantai 1.

Pagi harinya kami tidak menemukan kotoran apapun di lantai 1, akan tetapi pada sekitar jam 9 mBendhol kencing di ruang tunggu customer dan meninggalkannya begitu saja. Kontan kami pun langsung mengurung 2 personil baru ini di kamar mandi lantai 2, kami beranggapan setidaknya mereka butuh waktu 4 hari – 1 minggu untuk menjadi ‘aktor intelektual’. Meski merampas kemerdekaannya, kami berusaha untuk memperlakukan mereka seperti halnya Trio Begajul.

Siang itu di hari ke-3 kami memberi makan 2 anggota baru kami seperti biasa, tetapi yang tidak biasa adalah jidat mBendhol. Bocor, mengeluarkan nanah, mengalir di sekitar mata dan membuatnya jalan menunduk. Meski sempat panik, akhirnya kami berhasil mengeluarkan dan membersihkan seluruh isi bisulnya. mBendhol sembuh dari ke’mbendhol’annya. Dua personil baru ini masih menghuni kamar mandi lantai 2 sampai 3 hari berikutnya.

Siang itu para personil baru kami perkenalkan dengan trio begajul, hasilnya ‘anak-anak baru’ langsung disemprot dan diintimidasi. Kami mengawasi mereka secara bergantian. Sampai kami temukan si Jlitheng yang tak mau makan, suhu badan naik dan lunglai. Suplemen dan obat dosis rendah (curcuma, amoxicillin) yang biasa kami berikan kepada kucing pun menjadi pilihan kami. Khusus hari itu Jlitheng kami pisahkan dari 4 ekor yang lain. Di ruangan lain meski masih terlihat takut, mBendhol sudah mulai menemukan barang yang bisa dijadikan mainannya.

Hari kedua keluar kamar mandi Jlitheng semakin terlihat lemas, masih belum bisa menghabiskan makanannya dan tampak tak kuat lagi berjalan. Kami berkeputusan membawanya ke dokter sore hari. Ternyata takdir berkata lain, Jlitheng yang ketika datang kami proyeksikan menjadi pejantan yang gagah (seluruh tubuhnya berwarna hitam) menutup usia sekitar jam 1 siang. Innalillah, sore itu kami kuburkan dia sekitar area kantor. Begajul tinggal 4 ekor, quatro begajul.

Hari ketiga keluar kamar mandi, kami mendapati mBendhol ‘meniru’ kebiasaan baik seniornya. Tidak tanggung-tanggung, dia berak di closet jongkok dan itu adalah kabar bagus bagi kami. Dari sana lah muncul keinginan mengambil foto mereka mempresentasikan diri sebagai ‘toilet trained cat’. Selama sekitar 10 hari saya berusaha memburu foto mereka di malam hari (waktu paling senggang tanpa ‘gangguan’ customer). Hasilnya pun telah kita lihat di sini. Sesuatu yang bagi kami baru dan memudahkan, pun bagi para customer quatro begajul adalah ikon baru yang lucu dan menggemaskan.

Quatro begajul semakin hari semakin kompak, masih bertahan menjadi ‘toilet trained cat’ dan mulai terbiasa dengan jadwal makan ala manusia. Sampai pada suatu malam, pada jam tutup kantor kami ‘didatangi’ anak kucing berumur sekitar 1 bulan (hampir sama dengan Trio Begajul waktu ditemukan). Warnanya dominan hitam di punggung dan putih di perut. Seperti pendahulunya, kami langsung ‘menempatkan’ dia di kamar mandi lantai 2. Quatro begajul menunggu di depan pintu kamar mandi dengan penuh kecurigaan setelah beberapa kali menyemprot dan mengaum (bhs Jawa: mbengung). Selama dua hari bocah baru ini kami kurung, justru kami yang menjadi tidak tega mendengar ngeongannya selama dikurung. Hasilnya pada hari ketiga kami jadikan hari kemerdekaannya sekaligus kami beri nama dia Jenggot.


Mereka pun kembali berlima, menguasai kamar mandi lantai 1 (kemudian kami khususkan bagi kucing), main berlima, makan berlima, tidur pun berlima. Penta Begajul.