Pages

Thursday, December 1, 2011

'Tawuran' Aparat vs Pekerja Batam November 2011

Unprofessional behaviour, setidaknya kata-kata itu cukup mewakili tindakan represif (cenderung anarkis) yang dilakukan polisi dalam menangani aksi massa di Batam pada akhir November 2011 dalam rangka menuntut kenaikan UMK. Terhitung sejak Rabu 23 November 2011 para demonstran yang merupakan pekerja di berbagai bidang industri menggelar aksi di depan kantor Pemko Batam, Batam Centre.
Aksi pada hari ke dua pada Kamis 24 November 2011 adalah aksi yang mendapat sorotan berbagai media dan elemen masyarakat karena aksi pada hari itu diakhiri dengan kerusuhan massa dengan efek yang begitu besar. Aksi hari ke dua juga lah yang seolah-olah menjadi titik puncak ketidakpuasan para pekerja untuk kemudian menggelar aksi yang lebih besar pada hari ke tiga. Beberapa sumber mengatakan bahwa kerusuhan pada hari ke dua sebenarnya dipicu aksi oknum aparat keamanan (Polisi dan Satpol PP) yang dengan sengaja merobohkan dan merusak barisan kendaraan demonstran yang terparkir. Spontan tindakan tersebut memancing kemarahan massa yang kemudian mulai melempari aparat dengan batu. Aksi saling melempar pun tak dapat dihindari dan massa semakin tidak terkontrol.
Aksi pada hari ke dua mayoritas diikuti oleh pekerja industri galangan kapal yang turun lengkap dengan overall mereka seperti: wearpack dan safety shoes/ boots. Celakanya kostum inilah yang kemudian dijadikan patokan aparat di area sekitar Pemko Batam dan area strategis lainnya untuk menghalau massa. Dengan kata lain, orang dengan overall yang melintasi area yang memiliki akses langsung ke Pemko akan dihalau polisi.
Kota Batam memang belum seperti Jakarta, Surakarta, Surabaya, Jogjakarta atau pun kota-kota lain yang memiliki pengalaman panjang dalam menggelar aksi massa. Terlebih lagi aparat keamanan Kota Batam dalam hal penanganan aksi terlihat sangat tidak berpengalaman dan justru (bagi sebagian warga, terutama sekitar Kantor Pemko) terkesan menjadi pihak lawan dari massa pendemo. Alhasil bagi penulis melihat kerusuhan Batam pada 24 November 2011 tak ubahnya melihat tawuran ala anak sekolah. Buntut dari kerusuhan itu pun dapat kita tebak: aparat melakukan sweeping terhadap siapa saja yang melintas mengenakan wearpack, massa melakukan sweeping balasan terhadap segala bentuk fasilitas plat merah.
Aksi unprofessional behaviour aparat terbrutal (bahkan cenderung vandal) adalah yang terjadi di area Simpang Jam. Aparat menghajar sekelompok pekerja yang hendak pulang dengan dasar para pekerja tersebut mengenakan overall. Akibat kebrutalan itu, korban bernama Joni harus menerima 36 jahitan di kepala, tiga jari tangan kanannya patah dan luka-luka memar di kedua kakinya. Tindakan ini spontan memicu reaksi keras para pekerja, aktivis, bahkan perusahaan tempat korban bekerja.
Beberapa gambar yang sempat diambil dapat dilihat di sini dan di sini.


dari berbagai sumber