Pages

Friday, August 19, 2011

Asian Jazz Festival, Batam 2010

sebuah kampanye yang mengusung misi universalisasi taman nasional komodo dalam kemasan festival jazz tingkat asia-
bagi pencinta jazz (termasuk saya) acara semacam ini tentu sangat layak (bahkan cenderung wajib) ditonton- bagaimana tidak, musisi sekelas Dwiki Dharmawan beserta personil Krakatau lengkap dengan alat musik tradisional (gamelan) tampil di Batam yang notabene jarang menghelat konser musik outdoor-
terlebih lagi acara ini gratis (atau mungkin itulah daya tarik utamanya)-
syahrani dan toninho horta juga menjadi jaminan nilai acara ini-
pada acara tersebut kami diingatkan berkali-kali untuk ikut vote taman nasional komodo menjadi keajaiban dunia melalui situs tertentu, di tempat itu pun juga disediakan 2 unit komputer lengkap dengan koneksi internetnya untuk memfasilitasi voter-
dan seperti biasa, saya tak pernah absen duduk di barisan terdepan dan memotret aksi para performer-
anda dapat melihat hasil jepretan saya di sini-

Wednesday, August 17, 2011

Minggu Wagen - Padepokan Bagong, Bantul

hari itu bukan hari sibuk, jd saya iyakan saja ajakan seorang teman untuk menyaksikan pagelaran tari minggu wage (pagelaran tari rutin di padepokan bagong - bantul, yogyakarta)
bertajuk pagelaran tari kontemporer langsung menciptakan visualisasi praktis di kepala saya berupa sebuah pertunjukan tari modern, dengan kemasan dan gaya modern dst dsb-
beruntung saya dtg tepat waktu shg msh kebagian posisi yg pas untuk mengambil gambar-
segera setelah dimulai, kami pun langsung disuguhi komposisi gerakan yg begitu asing dengan kostum yg sangat kasual-
celana panjang longgar layaknya atlit bela diri dipadu dengan kaos oblong dan kaos kutang membuat saya merasa sedang menyaksikan proses latihan mereka, tapi tata lampu, tata panggung dan musik latar yg begitu ciamik membuat saya tak mau rugi melewatkan sedikit pun momen di panggung-
ratusan frame saya kemas selama pertunjukan itu dan anda pun dapat ikut menikmatinya di sini-

Tuesday, August 16, 2011

Mbah Kobro vs Slamet

dari berbagai lelucon (dagelan) radio yang begitu variatif, dengan penuh kesadaran saya memilih yang satu ini sebagai dagelan radio paling menghibur-
sedot di sini lah.. mbah Kobro vs Slamet

kalau masih kurang, ambil yang ini juga.

Ketika Kita Dijajah (lagi)

kemudian pd kesempatan yg lain aku diperkenalkan dg kejanggalan yg bagiku bnr2 diluar jangkauan nalarku-
aku dibesarkan di lingkungan yg selalu menghendaki kesempurnaan dan presisi tingkat tinggi sekaligus dituntut untuk bs mencapainya dg memaksimalkan segala alat dan bahan yg ada-
masa kecil kami selalu dipenuhi dengan inovasi dan inisiasi demi suatu kreasi yg pantas dipamerkan-
aku sendiri msh tergelitik dg betapa byknya alternatif kelicikan anak SD yg aku ciptakan untuk sekedar 'menhindari' guru tertentu-
aku jg msh ingat bagaimana bapakku sendiri yg melihat sambil geleng2 kepala ketika mendapati aku sedang 'memproduksi' dan 'memasarkan' mainan dr kertas-
tp itulah childhood, something that has to be exist and irreplaceable-
kemarin aku dengar cerita tentang bagaimana suatu produk dpt menguasai satu lingkungan shg ketika ada salah satu elemen di lingkungan itu blm/tdk dikuasai produk tsb, maka dia akan tersingkir dg sendirinya-
wow!! luar biasa
aku suplai celana utk karyawan perusahaan tertentu yg hrs dipakai semua org didlmnya, setiap hari- siapa pun yg tdk memakainya dipecat ato minim dikucilkan
demokratis sekali bukan?!
pfuuhh
dr realita semacam itu, sgt jelas siapa yg diuntungkan dan siapa yg paling diuntungkan
orang akan dg bangga memasang logo celanaku di kantor mereka, bahkan nanti kantor2 lain akan berbondong2 mengikuti tren itu (secara latah) tanpa perlu aku minta
hello?!? do you people realize how dumb you are!?! hahhaaaha
let's get over it
ada kutipan yg pas untuk 'memaksa' kita berkaca dan mengaku-
dari film The Departed, Francise mengatakan dg jelas: I don't wanna be the product of this environment- I want this environment to be the product of me
pilihlah peranmu dan jadilah korban atau orang yg paling diuntungkan
selamat berkaca-

Friday, August 5, 2011

Penta Begajul

(dari trio, penta, quatro, sampai akhirnya kembali ke penta)

Pagi itu (kisaran awal Bulan Februari) kami berkendara menyusuri jalan tepian komplek ruko sekitar Nagoya, Batam. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara anak kucing. Pandangan kami pun terhenti pada 2 ekor anak kucing dalam kardus di tepi jalan tepat di samping lokasi pembangunan ruko baru.

Entah kami atau 2 ekor kucing itu yang beruntung tapi spontan saja kami mengambil kardus itu dan bergegas kembali ke kantor yang tak jauh dari sana. Warna mereka dominan putih dan masih berumur sekitar 1 bulan. Kami kemudian berpikir bahwa mereka bersaudara dan sengaja dibiarkan selesai disusui induknya sebelum akhirnya dibuang.

Si ekor panjang jelas memiliki 2 warna sedangkan si ekor pendek 3 warna. Seperti umumnya ketika kami memungut kucing dari jalan, kami pun memberi mereka nama, Tejo (2 warna) dan Surti (3 warna) dengan asumsi bahwa si belang 3 adalah betina. Tak berselang lama, siang itu salah satu staf di kantor menemukan lagi 1 ekor kucing dengan ukuran dan usia sebaya Surti dan Tejo namun berwarna dominan kuning dan akhirnya kami beri nama Bejo. Kami pun kembali pada kebiasaan lama, sedia pasir dalam bak plastik dan siapkan beberapa piring kecil untuk keperluan sehari-hari mereka. Kami kemudian membiasakan diri dengan 3 ekor kucing (kemudian kami sebut trio begajul karena tingkah begajulan mereka).

Sekitar 3 hari berikutnya, muncul lah ide untuk membiasakan trio begajul buang air di kamar mandi layaknya manusia. Alasan kami sangat realistis, tempat tinggal mereka adalah kantor kami, dengan kata lain minimal ada 8 jam sibuk pada setiap hari kerja dimana customer kami pasti datang dan pergi.

Ide tersebut kami mulai dengan merampas kemerdekaan mereka, kami mengurung mereka di kamar mandi lantai 1 (satu-satunya kamar mandi dengan closet jongkok). Dengan menambah fasilitas (tempat tidur, makanan kering dan minuman secukupnya) masa pengurungan pun dimulai. Selama 3 hari penuh mereka hanya keluar kamar mandi ketika kami beri makan dan waktu bermain (setengah jam sebelum dan setengah jam sesudah makan). Tepat pada hari ke-4 kami mulai menambah waktu bermain mereka, kemudian pada hari ke-5 kami mulai membiarkan mereka berkeliaran di lantai 1 pada saat kantor tutup sampai pagi saat jam kerja mulai.

Pada hari ke-7 kami mulai mengecek posisi buang air favorit mereka di dalam kamar mandi. Hasilnya tak ada satu pun yang buang air di closet, atau dengan kata lain sampai pada hari itu kami ‘dipaksa’ rajin memeriksa (dan menyiram) kotoran mereka.

Tepat pada hari ke-8 kami membebaskan sekaligus menguji mereka. Tidak ada lagi pengurungan dan mereka pun bebas bermain di lantai berapa saja. Hasil hari pertama pembebasan berlangsung lancar dan memuaskan, dimana pun mereka bermain trio begajul selalu buang air di kamar mandi lantai 1.

Beberapa hari kemudian ketika kami membersihkan kamar mandi, kami mendapati kotoran kucing di closet jongkok. Kemajuan ini kemudian membuat kami penasaran dan setia menunggu ‘aktor intelektual’ menyambangi kamar mandi lantai 1. Hari itu Surti lah yang mendapat applause pertama, diikuti Bejo dan terakhir Tejo.

Pada malam harinya ketika menutup pintu ruko, kami didatangi ‘tamu’, 2 ekor anak kucing dengan ukuran dan umur lebih kecil dibanding Trio Begajul ketika ditemukan. Kami langsung mempersilakan mereka berdua masuk. Keduanya jantan, satu dominan putih dengan bisul besar, matang dan siap pecah di jidat, satu lagi hitam polos sampai bola matanya pun hitam. Kami sepakat memberi nama mBendhol (bisulan) dan Jlitheng (hitam). Malam itu juga kami biarkan mereka berkenalan dengan Trio Begajul di lantai 1.

Pagi harinya kami tidak menemukan kotoran apapun di lantai 1, akan tetapi pada sekitar jam 9 mBendhol kencing di ruang tunggu customer dan meninggalkannya begitu saja. Kontan kami pun langsung mengurung 2 personil baru ini di kamar mandi lantai 2, kami beranggapan setidaknya mereka butuh waktu 4 hari – 1 minggu untuk menjadi ‘aktor intelektual’. Meski merampas kemerdekaannya, kami berusaha untuk memperlakukan mereka seperti halnya Trio Begajul.

Siang itu di hari ke-3 kami memberi makan 2 anggota baru kami seperti biasa, tetapi yang tidak biasa adalah jidat mBendhol. Bocor, mengeluarkan nanah, mengalir di sekitar mata dan membuatnya jalan menunduk. Meski sempat panik, akhirnya kami berhasil mengeluarkan dan membersihkan seluruh isi bisulnya. mBendhol sembuh dari ke’mbendhol’annya. Dua personil baru ini masih menghuni kamar mandi lantai 2 sampai 3 hari berikutnya.

Siang itu para personil baru kami perkenalkan dengan trio begajul, hasilnya ‘anak-anak baru’ langsung disemprot dan diintimidasi. Kami mengawasi mereka secara bergantian. Sampai kami temukan si Jlitheng yang tak mau makan, suhu badan naik dan lunglai. Suplemen dan obat dosis rendah (curcuma, amoxicillin) yang biasa kami berikan kepada kucing pun menjadi pilihan kami. Khusus hari itu Jlitheng kami pisahkan dari 4 ekor yang lain. Di ruangan lain meski masih terlihat takut, mBendhol sudah mulai menemukan barang yang bisa dijadikan mainannya.

Hari kedua keluar kamar mandi Jlitheng semakin terlihat lemas, masih belum bisa menghabiskan makanannya dan tampak tak kuat lagi berjalan. Kami berkeputusan membawanya ke dokter sore hari. Ternyata takdir berkata lain, Jlitheng yang ketika datang kami proyeksikan menjadi pejantan yang gagah (seluruh tubuhnya berwarna hitam) menutup usia sekitar jam 1 siang. Innalillah, sore itu kami kuburkan dia sekitar area kantor. Begajul tinggal 4 ekor, quatro begajul.

Hari ketiga keluar kamar mandi, kami mendapati mBendhol ‘meniru’ kebiasaan baik seniornya. Tidak tanggung-tanggung, dia berak di closet jongkok dan itu adalah kabar bagus bagi kami. Dari sana lah muncul keinginan mengambil foto mereka mempresentasikan diri sebagai ‘toilet trained cat’. Selama sekitar 10 hari saya berusaha memburu foto mereka di malam hari (waktu paling senggang tanpa ‘gangguan’ customer). Hasilnya pun telah kita lihat di sini. Sesuatu yang bagi kami baru dan memudahkan, pun bagi para customer quatro begajul adalah ikon baru yang lucu dan menggemaskan.

Quatro begajul semakin hari semakin kompak, masih bertahan menjadi ‘toilet trained cat’ dan mulai terbiasa dengan jadwal makan ala manusia. Sampai pada suatu malam, pada jam tutup kantor kami ‘didatangi’ anak kucing berumur sekitar 1 bulan (hampir sama dengan Trio Begajul waktu ditemukan). Warnanya dominan hitam di punggung dan putih di perut. Seperti pendahulunya, kami langsung ‘menempatkan’ dia di kamar mandi lantai 2. Quatro begajul menunggu di depan pintu kamar mandi dengan penuh kecurigaan setelah beberapa kali menyemprot dan mengaum (bhs Jawa: mbengung). Selama dua hari bocah baru ini kami kurung, justru kami yang menjadi tidak tega mendengar ngeongannya selama dikurung. Hasilnya pada hari ketiga kami jadikan hari kemerdekaannya sekaligus kami beri nama dia Jenggot.


Mereka pun kembali berlima, menguasai kamar mandi lantai 1 (kemudian kami khususkan bagi kucing), main berlima, makan berlima, tidur pun berlima. Penta Begajul.