Pages

Sunday, February 19, 2012

Hal-Hal Aneh Dalam Logika Ekonomi Sehari-Hari

Good posting by Anton Dwisunu

1.The best camera seluloid 15 tahun lalu dijual seharga 4 juta, sementara kamera digital sekarang dengan kualitas sama Rp 80 juta perak. Karena mahal, produsen menurunkan megapixel kamera setengahnya, anehnya semakin banyak orang memotret dengan kamera 8-15 juta padahal harga segitu hanya separuh kualitas gambar kamera jadul.

2. Semakin banyak orang mengutang ke bank untuk kendaraan bermotor padahal mereka semakin lambat tiba di kantor. Expenditure bagi kenyamanan transportasi meningkat tajam sementara penghasilan habis membayar kredit dan kemacetan.

3. Semakin banyak orang berpikir untuk berinvestasi di apartemen dan condotel dengan pinjaman bunga tinggi dari bank. Rumah tidak lagi dipandang sebagai domain kekeluargaan tetapi harus memiliki celah bisnis. Ini juga bisa dilihat mengapa orang lebih suka bertemu di cafe, dan anak merayakan ultah di cafe fast-food.

4. 42% pasangan pernikahan berakhir cerai, meninggalkan anak-anak di saudara atau jalanan. Artinya keluarga inti (nucleus family bukanlah hal yang normal untuk dijaga atau dirawat). Orang tua tunggal menanggung masalah baru, baik ekonomi maupun psikologis.

5. Seperti dugaan Neale Godfrey sekarang 70% wanita memiliki anak bekerja di luar rumah. Mereka menghabiskan uang yang semakin sulit dicari untuk mengganti susu ASI dengan formula, merawat anak dengan membayar baby sitter. Artinya pandangan Tuan Marcus bahwa uang menjelma menjadi alat subtitusi primer termasuk mengganti peran parental dan hal ini semakin menjadi-jadi saja.

6. Semakin banyak orang yang merasa perlu menengok halaman koran Kompas diskon waralaba besar di dua halaman penuh yang semakin berwarna dan menarik hati. Artinya semakin banyak orang yang perlu merasa dikasihani dengan potongan2an harga. Cicilan pembayaran tanpa bunga dari bank juga menunjukkan bank cuma mampu memberi kredit kecil-kecilan dengan sedikit resiko.

7. Perusahaan dan kantor-kantor melakukan perampingan tenaga kerja (PHK) atau untuk lebih humanis mereka menyelenggarakan kerja makloon dan tenaga out-sourcing atau magang yang bisa dibayar di bawah UMK/UMR. Ini menjadi indikasi kuat terjadi proses over empowerment dan resiko pengangguran besar-besaran.

8. Tiga puluh tahun lalu ada 70% pekerjaan pelayanan publik bagi lulusan SMP, 80% bagi SMA, sekarang kasir jaga tol minimal lulusan D3 atau S1. Artinya masyarakat semakin banyak mengeluarkan uang untuk pendidikan yang lebih lama (dan lebih tinggi), tetapi hanya untuk mendapat pekerjaan setara lulusan SMP.

9. Sekolah bermunculan dengan uang masuk semakin mahal, tetapi memberikan siswa/mahasiswanya materi yang semakin sempit dan teknis. Anehnya di sisi lain mereka tidak percaya jika kurikulum pendidikan yang mereka ajarkan tidak akan ada yang cocok dengan kebutuhan di masa depan. Bukti yang paling jelas adalah; masyarakat sekarang tidak benar-benar yakin dapat mengandalkan penghasilan dari satu pekerjaan saja. Ini bisa dilihat dari banyaknya PNS yang nyambi usaha retail, atau pegawai swasta yang buka kost-kostan.