Pages

Monday, February 13, 2012

(extra) Ordinary Sunday

Hari Minggu yang ordinary bagi kami, bangun siang, bermalas-malasan dulu, nonton tv ditemani segelas kopi dan teh panas meski sudah jam 9 lewat, sesudah itu baru siapkan makan kucing-kucing yang mulai tak mampu menahan lapar dan mengeong penuh harap sambil berjalan mengitari dapur. Nothing's special, yet. Terlebih lagi hawa, hari itu terasa segerah hari sebelumnya sampai membuat kami sadar kalau cucian yang 'tersimpan' masih berpotensi menyibukkan kami.

Rutinitas pun dimulai beberapa menit sebelum jam 10. Sesudah kucing-kucing mulai menyantap makan mereka, kami langsung mengurus cucian sampai mereka menemui terik matahari di jemuran. Entah sarapan atau makan siang yang kami lakukan, tapi nasi lemak dan lontong sayur di jam 11 belum benar-benar mengalahkan rasa lapar kami. Istriku membuka lagi halaman iklan koran sabtu kemarin tepat pada bagian iklan rumah. Pandangannya tertuju pada satu gambar rumah kecil di area Batam Centre dengan lokasi yang tidak terlalu menarik perhatian orang. Berbeda dengan nama komplek seperti Costa Rica, Puri Legenda, KDA ataupun Anggrek Sari, tak banyak orang tau dimana City Garden berada. Mungkin kami perlu mencari istilah untuk karakter yang "tertarik pada hal yang tidak disukai banyak orang". Tapi saya merasa justru itulah yang dulu mempertemukan kami dan membuat kami masih "kompak".

Kami langsung mencatat spesifikasi rumah dan kontaknya, setelah obrolan kurang dari 1 menit di telepon, kami langsung bersiap-siap dan dengan segera tersusunlah agenda Minggu 12 Februari 2012. Dimulai dari menemui si penjual rumah yang kemudian kami ketahui bernama Aliman, diikuti dengan nonton film Haywire yang dibintangi Michael Douglas, Antonio Banderas dll atau Underworld Awakening-nya Kate Beckinsale (padahal saya masih ingat dulu pernah membaca release yang mengatakan kalau Underworld bakal berakhir di Evolution waktu si Selene jadi manusia) dan Agenda hari Minggu pun tetap terlihat ordinary.

Kami berangkat sekitar pukul 14.50 karena kencan dengan si Aliman jam 3. Sampai rumah yang dituju saya telepon tapi dia masih di jalan. Karena lokasi itu cukup panas, kami pun pergi makan di sekitar City Garden. Aliman balik menelepon pada saat kami hendak membayar, kami pun langsung menuju rumah itu lagi. Aliman (yang ternyata chinese) menemui kami tapi sayang dia salah membawa kunci rumah. Alhasil untuk sekedar melihat, kami masuk rumah tetangga dengan spesifikasi sama. Di sana saya ketemu Pak Rapi (atau mungkin Rafee mengingat dia orang India).

Cukup puas melihat dan bertanya beberapa hal, kami langsung menuju agenda kedua, nonton. Kaget dan kagol (jawa: kecewa) adalah kosakata yang tepat untuk menggambarkan keadaan ketika kami menemui kedua film tersebut telah diputar hampir setengah jam lalu. Kami pun tak punya pilihan selain meninggalkan bioskop tersebut. Istri saya lalu menawarkan agenda alternatif (yang tidak saya sukai) yakni: Karaoke. “Hahh?!“ kataku. Saya lebih memilih menuju BCS Mall untuk tetap pada agenda nonton.

Kaget, Kagol dan Bingung ketika kami menemui hal serupa di bioskop BCS Mall. Jam tayang berikutnya sekitar 1 jam lagi (18.50). Kami memilih duduk di sebuah coffee shop. Sambil menunggu jam tayang berikutnya kami membicarakan beberapa hal, termasuk bag cover yang belum juga ketemu, teman kuliah kami yang baru saja membeli Ford Focus dan tentu saja rumah yang baru saja kami datangi. Bahasan inilah yang kemudian membuat kami merasa dikelilingi malaikat yang mencoba merubah pandangan kami terhadap agenda hari itu layaknya The Adjustment Bureau. Kami mulai membicarakan regulasi dan mekanisme legal untuk proses AJB, Sertifikat, BPHTB dan jasa notaris. Beruntung kami memiliki memori yang cukup untuk mengingat Pak dan Bu RT tempat saya kost yang kebetulan si Bu RT adalah seorang notaris dan keduanya satu almamater dengan kami. Nonton tentu akan tetap menjadi agenda berikutnya jika durasi film hanya 30 menit (pasti lebih lah). “Kita ntar keluar studio udah jam 9 mas, kalo mo ke tempat Bu RT kost mo pulang jam berapa?”.“Ini Minggu, besok kerja, kucing belum makan”. Entah karena bisikan para angel atau bahkan si chaiman atau memang kehendak kami sendiri, kami pun langsung merombak agenda dan langsung menghubungi kawan kost (Yohanes Harianto a.k.a. Mbah Sendok) dan mengatakan kami akan segera ke sana.

Sendok sedang nonton film hasil download ketika kami datang, bersantai sendiri di kamar, sesekali tertawa melihat aksi Puss, Humty dan Kitty dalam Puss In Boots. “..ngakak poll iki mbah.. hahhaaa”. Begitu kami mendapat info seputar Pak dan Bu RT serta rumah mereka, kami langsung mendatanginya.
“.. atau gini bu, bilang aja kami adik kelasnya waktu kuliah..” Setidaknya kalimat itu cukup jelas diterima si ibu yang menemui kami di depan pagar. Pak RT kemudian keluar dan mempersilakan kami masuk. Bapak itu ramah (setidaknya cukup ramah untuk ukuran orang Solo yang tinggal di Batam selama sekitar 20 tahun). Sayang Bu RT yang kami cari tidak di rumah, tapi at least kami mendapat kontak kantornya dan bagi saya salah tingkah karena jeans rombeng yang saya kenakan dapat diatasi dengan ditutup sweater.

Sekembalinya di kost kami duduk di depan warung Bang Zikri (pak kost) dan ngobrol seperti biasa. Meisya a.k.a. si Otek anaknya sudah cukup menurun demamnya dan terlihat mulai pethingklasan (jawa: banyak bergerak) lagi. Lambat laun obrolan kami mengarah pada alternatif renovasi rumah. Saya langsung teringat pada Keni Wijayanto (salah satu kawan kost yang sekarang bekerja pada pemborong). Bang Zikri langsung memberikan kontak terakhirnya. “.. yak opo mas.. nembe nang kost ta?”, “..kon digoleki pak kost lek, ndang reneo..” “.. awakku gak enek motor, jemput sek ae, Andi mbek Toni sing eruh kost ku seiki..” Andi pun segera menjemput Keni setelah tiba di kost.

Begitu Keni nimbrung di depan warung, aksen Jawa Timur kembali menggaung dan mengundang penghuni kos yang mengenal Keni ikut nimbrung. “.. aku sesuk arepe mulih e.. sakjane arepe gae surprise nang facebook.. lahh kok ujug-ujug ditelpon dikon nang kost..” kontan kabar itu direspon dengan caci maki “..biyangane; nggatheli; nggapleki; biyajinguk; bosok tenan; telek..” seperti biasa. Keni memang pernah mengatakan rencana menikah di Bulan Maret, tapi kami tidak menyangka kabar yang baru saja kami dengar. Dan untungnya Andi segera menjemputnya sehingga dia pun bisa mengatakan langsung di depan kami. Lagi-lagi saya berpikir ini bukanlah hasil campur tangan angel Thompson atau rekannya bahkan bukan juga suratan si chairman.

Layaknya ucapan Thompson bahwa kedua perang dunia yang menjadi catatan buruk dalam sejarah umat manusia adalah sepenuhnya hasil ulah manusia ketika kita dibiarkan menentukan langkah tanpa campur tangan para angel, kejadian sepanjang hari ini yang semula kami rencanakan menjadi ordinary bisa tiba-tiba berubah sedemikian rupa karena kami sendiri yang memutuskannya. Seperti kata-kata Summer Finn kepada Tom Hanson dalam 500 Days of Summer tentang bagaimana dia bertemu suaminya: "what if I read another novel?; what if I came to the restaurant 10 minutes later?; what if I had gone to the movie?. "Things would never be the same" that's the point. Tapi perubahan dan eksekusi yang kami lakukan sendiri terhadap agenda hari ini telah mendatangkan hal yang tidak akan kami sesali. So.. for those chirman's angels: stay away!!